Saturday, March 19, 2011

VALUE

Ga ada satupun orang yang suka dibanding-bandingkan.
Bukan cuma merasa tidak dihargai sebagai individu dengan segala kompleksitasnya namun juga perbandingan antara satu dengan yang lain biasanya tidak imbang adanya.
Perbandingan antar manusia tidak teruji validitasnya, apalagi kalau emosi dan subjektivitas terlibat didalamnya. Sungguh tidak fair, kan?


Mungkin kali ini pembahasan saya agak serius. Bukan, bukan karena saya akhirnya ingat kalau umur saya tahun ini menginjak angka 23, tetapi lebih karena keadaan yang memaksa saya untuk tidak ber-haha-hihi saat ini.

Anyway... saya baru saja melewati sesuatu yang cukup mematikan. Yuk mari kita tarik napas dalam-dalam lalu kita sebutkan bersama-sama, Fuuuuhhh......
"LONG-CASE ILMU PENYAKIT DALAM"

Ya, apalagi kalau bukan ujian P3D (Program Pendidikan Profesi Dokter) yang sangat melelahkan itu. Jiwa, raga, emosi remuk redam. Ujian yang berlangsung bisa lebih dari 6 jam. Melibatkan sensorik dan motorik, kecerdasan dan ketangkasan, kelihaian dalam berlaku menjadi seorang dokter dimana otak masih potongan mahasiswa. Angker!!!

Jadi tuh prosedur ujian longcase kira-kira begini..
Jam 7 pagi kami berlima yang ujian pada hari yang bersangkutan menunggu di depan sekretariat untuk dipinang (yuk.. deh) bysitter masing-masing. Bysit inilah yang bakalan menemani kita selama ujian. Memberi pengarahan, meluruskan yang salah, dan kalo mujur (kayak gue) sih bysit bisa jadi dewa penyelamat ketika otak udah buntu.

Udah ni kan.. kita dikasih kasus. Tentu saja kasus yang sudah pernah dipelajari sebelumnya. Lalu ketemu sama pasiennya.. kita lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik sambil diperhatikan oleh pengujinya (dokter konsulen).

Setelah itu selesai, baru deh kita disuruh menulis status penyakit dalam. Waktunya kira-kira 1 jam. Rata-rata sih.. bisa kurang bisa lebih. Kemudian penguji akan "ngobrol" 4 mata sama kita mengenai status pasien tersebut. Biasanya bisa 1 jam.
Yah, begitulah. Mulai jam 8-9 selesai jam 1-2. Tentatif sih. Bisa gila nunggunya kalau pas dapat penguji yang super sibuk atau yang super lama "ngobrol" nya.
Mana bahasa mereka udah tingkat dewi kwan-in.. makin susah dicerna. Makin menyerahlah kami. Huhuhuhuhuhu


Sebenarnya ujian longcase dibandingkan ujian yang lain bisa dibilang ga segitunya. Lelah, bosen, ilfil mungkin iya. hal-hal demikian yang se[ertinya menjadi momok bagi kami. Tapi waktu pelaksanaan ujiannya sih.. all iz well. Semua baik-baik saja. Justru bagi gue sendiri ga berasa. Apalagi kalau sudah bertemu dengan pasien yang kooperatif . Mereka bisa sangat membantu kita. Mungkin deg-degannya waktu bertemu dengan konsulen penguji.
Tapi lagi-lagi karena konsulen penguji saya baiknya maha baik, yah.. i did enjoy my longcase:)
Memang ujian di koas masalah hoki sih. Balik lagi harus kuat doanya. Semakin kuat doa, semakin mungkin terdengar oleh Allah SWT:)


"How we value life is how we value ourselves."


Kalo menurut kalian apa yang harus dinilai dari sebuah hubungan?
Penilaian tentang pasangan kita? Apakah sikapnya tepat?Apakah sikap kita tepat?
Apakah benar saya melakukan itu? Apakah masalah ini harus diselesaikan?

Banyak sekali pertanyaan yang harus dijawab.
Banyak pula cerita yang harus diceritakan.
Kemampuan kita untuk merasa nyaman dalam berbagi masalah dan cerita. Mungkin itulah nilai yang kita ambil dari sebuah hubungan.


Sepertinya sulit untuk menyatukan 2 pikiran. Pasangan suami istri yang sudah puluhan tahun saja masih bisa tidak mengerti keinginan pasangannya. Bagaimana yang baru kenal seumur jagung?
Terkadang komunikasi adalah akar permasalahannya dimana kita tidak berpikir bahwa tidak selamanya orang tahu apa yang kita rasakan, apa yang kita pikirkan.
Dengan diam, yang timbul hanya kesalahpahaman. Dengan emosi, hanya hal-hal negatif ada di pikiran.

Yeah, how we value our relationship is how we value the point of trust. Then again, trust could only reached by great communication.
Komunikasi yang baik dan seimbang mungkin hanya bisa dilakukan 2 orang dewasa yang mempunyai pikiran yang luas dan terbuka.
Komunikasi adalah masalah orang dewasa.
Keberhasilan hubungan dapat dilihat dari keseimbangan komunikasinya.


It's how mature human did it. It's how they deal with their significant others.
It's how they value their relationship.:)


cheeriO!:D