Saturday, January 22, 2011

FAKE

It's not easy being yourself.
So that's a quite popular quote said ," Just be yourself."
It aint that simple tho'.
Once you open up yourself to someone or some people.
It's not always easy.
So you know, being fake is the most reliable reason for people. To adapt. To mix up.
To be 'human'.

Akhir-akhir ini kehidupan gue berjalan ringan. Tidak seperti biasanya.:)
Keadaan jauuuuuh lebih menyenangkan sejak meninggalkan anestesi.

Keadaan umum gue tetap statis sih, masih jadi keset di RSHS. Sekarang gue jadi kesetnya bagian Radiologi dan Kedokteran Nuklir.:D
Tapiii gue bersyukur bgt sama kelompok gue sekarang. Kelompok yang sangat phlegmatis ketika bimbingan. Hehee

Lucu aja gitu kelompok yang isinya gue, Shasha, Ode, Kang Rhesa, Kang Marda, Kang Epoy ups! Kang Fauzi, Teh Sophia, dan Teh Dhania sangat tenang dan selalu dalam keadaan zen ketika bimbingan.
Aman, damai, sehat, sentausa.
Kami mendengarkan bimbingan dengan saksama, mengangguk, mencerna, tersenyum, dan tertidur... eh salah ya?

Dan.. begitu kelompok kami bimbingan bersama 2 kelompok yang lain suasana tiba-tiba memanas.. Serigala-serigala buas dari kelompok lain mulai membakar ruangan..
Groaaaarrr!!!

Waktu itu residen radiologi sedang menjelaskan sesuatu di depan, terdengarlah sebuah istilah baru, "KP".
Mulai kan anak-anak kasak kusuk apa sih si KP. Salah seorang dari kelompok gue dengan ga pedulinya menggumam, "KP kan TBC.." dan bersikap skeptis kembali.

Kelompok diseberang mulai berteriak, " Emang KP teh apaaa... KP apaaaa..???"

Si Kang Prof.Zay lalu bersabda, " KP itu TBC!!" kasak kusuk belum juga usai.. Teh Ersa yang ucil krucil tapi suaranya kayak petasan molotov (ada gitu?) berdiri dari tempat duduknya menghadap ke anak-anak. She screamed, " KP kaaaaaan tebeeee!!!!!!"
Dia teriak sambil mengacungkan tinju ke udara.

-_______________________________-""

Rasanya waktu itu gue pengen teriak ke kupingnya, "SANTAIII WOIIIII!!!!"
Lalu kupingnya mimisan. (Gak laaaahhh)

Tapi kelompok kecil kami adalah kelompok yang rukun.
Kami ber-24 selalu membantu sesama, merawat Kak Icha bumil dengan menuruti segala kengidamannya, menjarkom berita-berita penting, belajar, dan sedih susah senang joget bersama.
Asiknya di kelompok kecil gue ini ga ada yang kanibal. Alias emte.

Dulunya waktu kami di bagian kulit dan kelamin sama anestesi belum sedekat ini. Memang sih, jadwal di radiologi membuat kami (mau tak mau) jadi intim.
Gimana engga?? dari jam 06.30 - 18.00 kami selalu bersama. Sebenernya sih maksimalnya dari jam 06.30 sampe makan siang karena kami dikurung di sebuah ruangan koas yang sejarahnya adalah gudang tempat penyimpanan peawat radiologi yang rusak. Disana ngapain lagi kalo bukan... oh oke emamg ada beberapa yang masih konsen belajar. Merekalah dokter-dokter teladan bangsa Indonesia! *tepuktangan*

Sementara dokter masa depan Indonekat: Gue, Shasha,Ode,Rhesa,Marda, Ibay dan Apink.... kami pun belajar. Belajar tidak membohongi diri sendiri bahwa kegiatan kami selama menunggu bimbingan adalah main kartu, nonton DVD, gosip, tidur, yaa sesekali nyalin tugas, ngemil, dan bermain permainan yang ternyata membuka tabir kami yang terdalam, Kokology.

Bagi yang belum tahu dan.. ah masa sih ga tau?? Kemana aja looo?? :p
Kokology itu berasal dari negerinya Miyabi, isinya berupa pertanyaan-pertanyaan simpel yang jawabannya ternyata mendeskripsikan kepribadian seseorang secara aktual. Ga bisa bohong ga bisa dibuat-buat karena yang dilihat adalah jawaban spontan, yang pertama kali keluar dari mulut yang bersangkutan.

Ada satu pertanyaan yang membuat Akang siluman Barney Stinson, Kang Rhesa, terjebak. Well, gue ngomongin dia disini karena dia otaknya paling koslet diantara semuanya. Kerjaannya selama koas kayaknya cuma melototin residen cantik, gosipin Roberto Cavalli (which is cowo normal akan bilang, " WTF Roberto Cavalli???"), dan ngomentarin segala sesuatunya dengan cara belebihan, "Gila!! Tu dokter seksi banget! Bikin muncrat sedunia!!". Singkatnya, kata 'sedunia' pun mendarah daging tulang hati dan limpa bagi kami semua. Amen.

Jadi dikit-dikit, "Aaaaaah ni orang paling nyebelin sedunia!"
Ada yang udah kelaperan kronis, " Udah atulah bimbingannyaaa..udah laper sedunia!!"
Gue yang udah kebelet menunaikan tugas mulia, "Duuu...gue pengen b*k*r sedunia!!" Shasha pun mengingatkan, "Jangan Ri! Ga bisa napas orang-orang kalo sedunia ketutupan b*k*r lo!" -,-

Tuh kan jadi lupa mau ngomongin apa..
:/
Oiaaa nah diantara pertanyaan-pertanyaan Kokology itu ada salah satu yang menarik.
"Kalo kamu melihat ada 2 orang anak kecil bertengkar di depanmu.. Apa yang akan kamu lakukan?"
Ini adalah pertanyaan terbuka. Jadi tiap orang bebas berekspresi dengan jawabannya.

Ode : " Yah, bilangin aja. Tapi males ah kalo mesti ngelerai. Bodo.."
Gue: " Ah suka-suka deh, urusan mereka."
Kang Marda, Kang Uji : Melerai sampai tuntas.
Kang Rhesa : "Iya, gue lerai.. terus gue marahin.. Terus gue bilang sama yang paling songong, kalo berani ayo lawan gueeee!!!!"

Dan... pertanyaan itu adalah mengenai apa tindakan Anda terhadap teman yang sedang berzina.
Tetoooottttttt
(Yak, bisa dianalisis sendiri, kawanss.. Jadi Kang Rhesa kalo ada temennya zina dia bakal marahin mereka dan...menawarkan diri untuk threesome. Awesome!) -,-


Gara-gara ini kami ga bisa menutupi kepribadian sebenarnya. Ketahuanlah siapa yang sanguinis, melankolis, koleris, dan phlegmatis.
Ketahuanlah siapa yang self-absorbing, egois, keras kepala, anteng, pemikir, ga mau mikir, ngeres mulu, dan lain-lainnya.
Seru banget teh si Kokology ini.:)

Tapi gue mikir bahaya juga nih si Kokology, bisa-bisa aib gue kebuka sebelom waktunya.
Jadi, kalo punya calon pasangan jangan mainan Kokology.
Eh.. apa sebaliknya?
Gimana menurut lo, kita mesti terbuka atau tertutup atas kepribadian kita yang sebenarnya?


Katanya tuh yaa masa pacaran sama udah married bakal beda banget.
Pacaran : "Sayang, tolong ambilin koran di meja itu dong. Makasih ya sayangku.. muah muah cilukbaa.." (oke, ga gitu juga)
Menikah: " Eh, koran dong. Tuh di meja."


Atau ketika bertemu setiap hari, dengan orang yang sama.. Respon kita bakalan beda dengan frekuensi ketemu yang jarang nan ditunggu-tunggu.
Pacaran: "Sayang, nanti pulang kerja aku tunggu di tempat biasa ya. Kangen kamu banget deh. Aw aw aw"
Menikah: Buka pintu, nyari gelas kopi, buka kaus kaki, selonjoran. Nothing comes up.:(

Yaa ga gitu juga sih. Buktinya bokap gue yang udah 23 tahun menikah sama sekali bukan pria seperti itu.:)
Tapi sayangnya, ada indikasi bahwa pria seperti bokap gue adalah anomali.
Kalo 2 vignette diatas menggambarkan 98,7% perlakuan suami terhadap istri, bokap gue termasuk 1,3% sisanya.:)

Menyedihkan sekali ketika 2 orang yang membutuhkan satu sama lain dan akhirnya berkomitmen untuk menghabiskan hidup bersama tiap harinya tidak saling menghargai lagi.
Kejadian kayak gini sekarang ga asing lagi gue denger. Ga usah jauh-jauh deh. Ini datang dari lingkungan terdekat gue sendiri.
But I dont have right to tell further story because it's confidential, rite?
Yang gue rasakan cuma satu, sedih.:((((

Dan tahu ga, bapak-bapak, ibu-ibu, kalo Anda sekalian berlaku demikian?
Anak-anak Anda bisa jadi skeptis, sinis, dan tidak mampu berkomitmen juga bertanggungjawab.
Kenapa gue bilang begini?
Karena gue yang tidak merasakan langsung menjadi anak dari orang tua seperti itu saja merasakan ke-skeptis-an yang mulai merasuk jiwa. (Oke,jijik)
Gimana kalo gue ngerasain langsung?


In a relationship, maybe people started to make a relationship in sort of beautiful ways.
Everything is just perfect.
Then so you know, this world aint perfect.
And the people you love, you choose to love, they got their own problems and weaknesses.
You can't prevent it because it is humane. Anyway, you got it too.
Do not be such a bizarre bipolar woman to make a long term relationship. It won't work.
You know, you are too old for that 'stuff'.:)

Jadi gue mah setuju sama salah satu perkataan di timeline twitter gue :
" Pria sejati itu tidak brengsek, tidak merokok, tidak mabuk, tidak flirting, tidak kasar, tidak berteriak, dan tidak pernah ditemukan."

Selama ini gue hidup dengan checklist. Apa yang ada di hidup gue harus tertera pada checklist itu. Harapan demi harapan. Bagus sih kalo ternyata gue bisa mencentang apa ang jadi rencana.
Tapi lama kelamaan gue jadi ga bisa menikmati hidup. Untuk sebuah ekspektasi yang tidak realistis kegiatan checklist hanya membuat pesimis dan hidup dalam kepalsuan.
Dan sejauh ini, checklist won't work for 'this' stuff.:)

If you love him/her because he/she was nice.. Would you still love him/her when he/she get angry??
If you love him/her because he/she got a beautiful hair.. Would you still love him/her anyway when he/she turn baldy?
If you love him/her because he/she always be there for you.. Would you still love him/her anyway when the distance separates?


Okay, not that serious, tho' hehehehhe
Itu mah buat yang mau married besok aja dehhh (Tag: Nada Ristya, lalu.. hmm sepupu gue Rima Oktaviani..:) Wow, yous are getting married soooooon...... :D :D )

Tapi pada intinya sih gue mulai belajar bahwa emang ga usah dipungkiri lah kita sebagai manusia kan ada kalanya ingin bersama seseorang, ada kalanya ingin bebas..
Ada saatnya manusia memerlukan dukungan dari orang terdekatnya, ada pula saatnya manusia harus kuat menjadi dirinya sendiri..
Bersama-sama dengan seseorang bukanlah mengambil kepribadian menjadi orang yang kita bayangkan, namun menghargainya sebagai manusia seutuhnya sambil tetap menemaninya mencapai tujuan.:)

Because in the end, we are not committed to someone we choose to be with.
We committed to ourselves.
Committed if we elect him/her, we will cherish him/her whatever.. whatsoever.. and responsible for the relationship itself.

NO FAKE FOR GOD SAKE.

CheeriO! :D